Kamis, 27 September 2012

SWOT Paradigma Baru



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Telah menjadi pemandangan umum pendidikan di Indonesia selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa mendengarkan dan mencatatnya pada buku catatan setelah itu mengerjakan LKS yang tersedia. Dalam proses pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru.
Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa sesuai dengan Silabus  atau yang telah tertulis di dalam buku paket.
Menurut Zamroni (2003) praktik pendidikan yang demikian mengisolir diri dari lingkungan sekitar dan dunia kerja, serta tidak mampu menjadikan siswa sebagai manusia yang utuh dan berkepribadian.Perkembangan dan pertumbuhan teknologi yang cepat di era globalisai saat ini sangat menutut peranan guru dalam mengembangkan potensi anak didik agar memiliki ketrampilan, kecakapan dan kesiapan mental saat bermasyarakat, menghadapi dunia yang nyata.
Pengembangan pendidikan tidak cukup hanya dengan tambal sulam materi yang diberikan atau pergantian kurikulum  tetapi perlu adanya suatu kesiapan diri para guru untuk melakukan suatu perubahan dalam memandang arti dan proses pendidikan. Sehingga jika para guru diberi pelatihan mengenai inovasi-inovasi dalam mendidikan akan berusahan untuk menerapkannya.
Apakah yang dibutuhkan oleh para guru agar mau melaksanakan inovasi-inovasi dalam pendidikan? Apakah dengan perubahan paradigma dalam pendidikan dapat mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar? Untuk menjawab masalah tersebut maka penulis membuat makalah dengan judul “ANALISIS SWOT PERLUNYA PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN”

B.   Rumusan Masalah          
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah :
1.            Apakah Analisis SWOT itu ?
2.            Apakah Paradigma baru dalam pendidikan itu?
3.            Bagaimanakah Analisis SWOT mengenai Paradigma baru dalam pendidikan ?

C.   Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.           Supaya para guru mengetahui apa paradigma baru dalam pendidikan
2.           Untuk melihat bagaimana analisis SWOT tentang paradigma baru dalam pendidikan

















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Analisis SWOT
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. Biasanya analisis SWOT digunakan sebagai perangkat umum yang digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis.
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah bagian penting dari sebuah rencana strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dalam sebuah kegiatan atau proyek. Teori ini telah terbukti secara aksiomatrik dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam merencanakan sesuatu usaha hingga dapat tepat sasaran. Meskipun teknik analisis ini telah lama lahir dan diperkenalkan oleh Albert Humphrey pada tahun 1970, tetapi teknik ini masih relevan digunakan dalam kajian bisnis dan juga pada bidang lainnya seperti pendidikan.
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan, dan ancaman.Secara garis besar lembaran kerja tersebut diperlihatkan dalam lembar-1.Langkah berikutnya adalah membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di bawah topik masing.Dengan membatasi daftar sampai 10 poin atau lebih sedikit, untuk menghindari generalisasi yang berlebihan (Johnson, et al., 1989).

B.      Paradigma Baru dalam Pendidikan
         Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual (Wikipedia)
         Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik)
        Makna paradigma kemudian berkembang dalam pemakaian sehari-hari.Perkembangan makna itu menjadi pola pikir dan pola tindak.Dalam konteks ini, paradigma diartikan secara operasional sebagai pola berpikir dan bertindak.Materi ini membicarakan konsep paradigma yang dikaitkan dengan pendidikan.Dikaitkan dengan pembaruan-pembaruan yang harus dan telah dilakukan di dalam dunia pendidikan.Oleh karena itu, konsep yang dibahas adalah konsep paradigma baru pendidikan.
Paradigma baru pendidikan, dengan demikian adalah pola berpikir dan pola bertindak baru dalam pendidikan. Pola berpikir dan pola bertindak itu menyangkut dengan sikap, prilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan  pendidikan. Jadi, paradigma baru pendidikan adalah “pola berpikir dan bertindak baru dalam memandang, menyikapi, dan melaksnakan pendidikan”.
         Pola berpikir dan bertindak  ini ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan khususnya adalah guru yang  merupakan salah satu unsur penting yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Zamroni, 2003):
1)      Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching);
2)     Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel;
3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri; dan
4)      Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan.


Berikut adalah paradigma baru dalam pendidikan adalah :
1.Lebih mengutamakan pengembangan nilai nilai,
Tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Holistic child development (pengembangan anak secara menyeluruh) menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan.
2.Multiple intelegensi (kecerdasan ganda) harus menjadi dasar pengembangan kemampuan belajar untuk hidup,
Pada hakekatnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan cerdas. Tidak ada manusia bodoh. Manusia lahir dengan kecerdasan ganda, dari hasil penelitian telah ditemukan sedikitnya ada delapan jenis kecerdasan ganda yaitu ;
·         Kecerdasan linguistik, adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektik,antara lain dalam mengeja, memahami kosa kata, tata bahasa, ringkasnya kemampuan berbahasa (berbicara)
·         Kecerdasan logis-matematis, adalah kemahiran menggunakan logika, akal sehat, dan ketrampilan mengolah angka.
·         Kecerdasan visual, adalah kecerdasan gambar dan visualisasi misalnua pelukis, pemahat, tata ruang, fotografi dan sebagainya.
·         Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, adalah kecerdasan seluruh tubuh misalnya olahragawan, penari, pantomim dan sebagainya
·         Kecerdasan musikal, adalah kecerdasan yang berkenaan dengan kemampuan bernyanyi, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama.
·         Kecerdasan Antar-pribadi, adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain, atau kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
·         Kecerdasan Intra-pribadi, adalah kecerdasan memahami diri sendiri, disiplin diri, pecaya diri dan sebagainya
·         Kecerdasan Naturalis, adalah kemampuan mengenali lingkungan geografis di sekitar kita, misalnya gunung, hutan, flora dan fauna.
Selain itu ada juga kecerdasan intuisi, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan masih banyak temuan lain tentang kecerdasan manusia.
                 Kecerdasan ganda yang dimiliki siswa akan muncul dengan jenis dan caranya masing-masing. Sehingga perlu adanya pembelajaran yang dapat mengaktifkan kecerdasan ganda bagi siswa. Guru juga harus mengenal perbedaan karakteristik individual siswa sehigga dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang berbasis individual.
3.Human Development (Pengembangan manusia) menjadi ukuran utama untuk mencapai peran budaya,
Pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery learning. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis masalah.Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.
4.Sumber belajar tidak lagi terpusat pada guru dan sekolah
Perkembangan yang pesat dari teknologi informasi juga semakin memperkuat perlunya paradigma baru dalam pendidikan, dimana guru sudah bukan lagi berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi lebih berperan pada mediator dan fasilitator untuk akses pada ilmu pengetahuan.
5.Pendidikan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan
Interaksi dengan lingkungan meliputi hal manajemen pedidikan dan manajemen lembaga pendidikan.Terdapat beberapa karakteristik perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan seperti pembelajaran seumur hidup, sekolah multiple mode, kooperatif, siap menghadapi pasar yang kompetitif. Sedangkan pada manajemen lembaga pendidikan seperti  yang kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart).
        
C.      Analisis SWOT perlunya paradigma baru dalam pendidikan
Dengan analisis SWOT penulis  mencoba untuk mengetahui kekuatan  dan kelemahan educator khususnya guru dalam menghadapi paradigma baru dalam pendidikan sehingga dapat  lebih meningkatkan lagi potensi guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar.
Pentingnya analisis SWOT juga untuk mendeteksi kekuatan dan hambatan yang ada pada lingkungan guru itu sendiri, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
      Analisis SWOT perlunya paradigma baru dalam pendidikan  adalah :
1.      Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari program pada saat ini.
·         Tenaga edukator / guru yang berpendidikan Strata satu dan mulai banyak guru yang melanjutkan pendidikan di S2
·         Lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung
·         Banyaknya pelatihan dan penataran dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
·         Tersedianya ICT dalam lingkungan sekolah sangat membantu pelaksanaan paradigma baru dalam pendidikan
·         Dari banyak penelitian tentang paradigma baru dalam pendidikan dapat meningkatkan proses dan hasil dalam belajar
·         Kurikulum yang baru KTSP telah mengisyaratkan adanya perubahan baru dalam pendidikan
2.      Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari program pada saat ini.
·         Masih ada tenaga edukator/ guru yang belum memahami paradigma baru dalam pendidikan
·         Belum muncul keberanian dan kemauan untuk mencoba melaksanakan paradigma baru dalam pendidikan, utamanya dalam proses belajar mengajar
·         Paradigma lama dalam pendidikan sudah begitu membudaya di kalangan pengajar dan siswa pada umumnya.
·         Masih banyak para guru yang kurang bersemangat dalam belajar meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
3.      Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar program dan memberikan peluang berkembang dimasa depan.
·         Tuntutan perkembangan jaman, yang mengharapkan generasi yang mampu mengikuti perkembangan pengetahuan di era globalisasi saat ini.
·         Persaingan di dunia kerja dan dunia sekolah yang semakin ketat akan menyeleksi siswa yang unggul dan kompeten.
·         Adanya kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa harus dikembangkan dan diperhatikan.
4.      Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi program yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi dimasa depan.
·         Pendidikan di luar negeri yang kian berkembang dengan pesat,
·         Adanya ujian nasional yang menentukan kelulusan siswa, membuat guru tidak berani berspekulasi dengan teknologi dalam pengajaran.
·         Lemahnya kemampuan dalam ICT dan bahasa Asing untuk guru dan juga siswa.
      Hasil dari pemetaan analisis SWOT di atas, kekuatan paradigma baru tampak terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, maka masuk akal apabila para guru mulai menggali potensi  yang ada untuk menjadi guru yang profesional. Segala kelemahan dan ancaman yang ada akan dapat diatasi dengan adanya kemauan dan semangat melakukan pembaharuan.
























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     KESIMPULAN
Terdapat beberapa kesimpulan
1.Paradigma baru dalam pendidikan merupakan suatupola berpikir dan bertindak baru dalam memandang, menyikapi dan melaksanakan pendidikan.
2.Paradigma baru dalam pendidikan meliputi orientasi tujuan pembelajaran, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran. Juga peran guru yang bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, tapi lebih berperan pada mediator dan fasilitator untuk akses pada ilmu pengetahuan.
3.Paradigma baru dalam pendidikan juga meliputi manajemen dalam pedidikan dan juga manajemen dalam lembaga pendidikan

B.      SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh adalah
1.Paradigma baru dalam pendidikan bukan hanya sekedar teori dalam belajar tetapi juga merubah pola pikir dan melaksanakannya.
2.Perubahan paradigma dalam pendidikan perlu didukung dengan peningkatan kualitas dari guru.
3.Menciptakan lingkungan sekolah yang berbasis ICT sangat membantu meningkatkankemampuan siswa.
4.Kecerdasan ganda yang dimiliki siswa supaya lebih diperhatikan dan dimaksimalkan.






DAFTAR PUSTAKA

Muh.Qudrat Nugraha,Ph.D,”Makalah SWOT analisis dan tantangan pendidikan dengan sumber daya manusia (SDM) yang harus semakin berkualitas dan kompetitif.” 7 Oktober 2010

Sutomo Djokosujosa, Prof. Drs, makalah “Bagaimana Pembelajaran Kecerdasan Ganda (Multiple Intelegence), Surabaya, Pebruari 2008

Sutomo Djokosujosa, Prof. Drs, “Kapita selekta TEP dan problematika pendidikan”, program pasca sarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. 2009

Yusuf YudiPrayudi, http://prayudi.wordpress.com/2007/05/16/paradigma-baru-pendidikan/ , accesed on Januari 2011

Zulkarnaini, Tugas Guru Dalam Paradigma Baru Pendidikan, http://zulkarnaini.net/2008/11/tugas-guru-dalam-paradigma-baru-pendidikan.htm, accesed on Januari 2011
Zamroni,DR, Paradigma Pendidikan Masa Depan,http://pakguruonline.pendidikan.net/wacana_pdd_left.html, accesed on Januari 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar