PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai seorang guru merupakan suatu keharusan untuk
mengerti dan memahami bagaimana pola dan tatacara untuk menyampaikan pengajaran
didalam kelas (strategi pembelajaran).
Terkadang hal ini dianggap remeh karena kita berpikir
mengajar itu pada prakteknya dilakukan dengan mengandalkan kreativitas dan
terjadi dengan sendirinya, otomatis mengalir/terjadi alias tanpa konsep. Namun
suatu proses penyampaian pengajaran yang terkonsep dan memiliki metode yang
baik didalam kelas dapat membentuk suasana yang kondusif dan pada akhirnya
menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran agar mencapai tujuan
utamanya, yaitu agar peserta didik yang diampu dapat mengerti dan memahami
materi yang diajarkan oleh guru.
Sebenarnya tanpa kita sadari kita sudah pernah mengalami hal ini, yaitu pada saat dulu kita mengenyam pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menegah atas disekolah, walaupun pada saat itu kita merupakan obyek dari strategi pembelajaran yang dibuat oleh guru kita pada saat itu.
Sebenarnya tanpa kita sadari kita sudah pernah mengalami hal ini, yaitu pada saat dulu kita mengenyam pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menegah atas disekolah, walaupun pada saat itu kita merupakan obyek dari strategi pembelajaran yang dibuat oleh guru kita pada saat itu.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk
mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang
dimiliki oleh anak didik. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
POKOK MASALAH
Pada
prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian peningkatan
kemampuan berpikir secara kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak
berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan
target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi
dan kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir secara lebih kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998;
Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).
TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan:
1. memberikan pemahaman lebih luas bagaimana
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dengan menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir;
2. mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui
proses pembelajaran yang efektif.
.
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi adalah cara atau usaha yang dilakukan untuk mencapai sesuatu.
Strategi pembelajaran menurut Romiszowski merupakan pandangan dan alur kegiatan
yang digunakan orang dalam memilih metode pembelajaran. Ini sejalan dengan
definisi yang dikemukakan oleh Worrel dan Stilwell yang mengatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah penerapan perencanaan dan metode pembelajaran
untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran (Worel, Judith dan
Stilwell, 1981:234). Dick dan Carey mengatakan bahwa strategi pembelajaran
adalah komponen-komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang akan dipergunakan bersama-sama materi tersebut (Walter Dick dan Lou Carey,
1996:106). Sedangkan Gerlach dan
Ely mengemukakan bahwa strategi pembelajaran sebagai pendekatan pengajar
terhadap penggunaan informasi (Erman S. Gerlach dan Donal P. Ely, 1971:14).
Dikemukakan juga oleh Kemp bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan belajar
mengajar, yang berarti apa yang harus dikerjakan pengajar dan mahasiswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kempt, 1977:
6-10).
Menurut Suparman strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, mahasiswa, peralatan,
bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan (Suparman, 1999:157).
Reigeluth, Bunderson dan Merill seperti yang dikutip Degeng (1989)
mengemukakan tiga bagian strategi pembelajaran, yaitu: 1). Strategi
pengorganisasian yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis
dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, 2). Strategi
penyampaian yang mengacu pada cara yang dipakai untuk menyampaikan materi
pembelajaran kepada si belajar dan sekaligus untuk menerima dan merespon
masukan dari si belajar, dan 3). Strategi pengelolaan yang mengacu pada
penjadwalan penggunaan strategi, pembuatan catatan kemajuan mahasiswa,
pengelolaan motivasional dan kontrol belajar (I nyoman Sudana Degeng, 1989:14).
Gagne dan Briggs (1979) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran terdiri
dari sembilan urutan kegiatan pembelajaran, yaitu;
1). Memberikan motivasi atau menarik perhatian mahasiswa
2). Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa
3). Mengingatkan kompetensi prasyarat
4). Memberi stimulus dengan menyajikan materi pembelajaran
5). Memberi petunjuk belajar
6). Menimbulkan penampilan mahasiswa
7). Memberi umpan balik
8). Menilai penampilan
9). Menyimpulkan (Gagne dan Briggs, 1992:20).
Kesembilan urutan kegiatan itu tidak semuanya diperlukan dalam proses
belajar mengajar tergantung dari karakteristik mahasiswa dan jenis perilaku
yang akan dicapai dalam pembelajaran itu. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Suparman menyatakan bahwa stategi pembelajaran terdiri dari empat komponen
urutan, yaitu:
1). Urutan kegiatan
2). Metode Pembelajaran
3). Media Pembelajaran
4). Waktu.
Dick dan Carey mengemukakan lima komponen utama dari suatu strategi
pembelajaran, yaitu:
1). Kegiatan prapembelajaran
2). Presentasi informasi
3). Partisipasi mahasiswa
4). Pengujian
5). Kegiatan lanjutan (Walter Dick, Lou Carey, 1996:184).
Komponen-komponen ini merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung mulai
dari sebelum penyajian materi pelajaran sampai dengan sesudah materi penyajian.
Dari teori-teori di atas dapat disarikan bahwa pada hekekatnya strategi
pembelajaran adalah salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh pengajar.
Strategi pembelajaran merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang
menjelaskan komponen umum dari suatu set bahan
pembelajaran dan prosedur yang
digunakan bersama bahan tersebut untuk
menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa. Selanjutnya konsep tentang
strategi pembelajaran yang telah diuraikan di atas dapat diadaptasi dan
diterapkan dalam cara penyampaian perkuliahan Graf, dan merupakan pijakan untuk
diterapkan dalam merancang pembelajaran bermedia komputer dalam penelitian ini.
Berpikir adalah kegiatan yang menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
atau memutuskan sesuatu. Cara berpikir sangat ditentukan oleh perkembangan
kognisi seseorang.
Menurut Piaget struktur intelek berkembang melalui empat tahap, yaitu:
1). Tingkat sensor motorik, yaitu pada usia 0 - 2 tahun
2). Tingkat pra-operasional, yaitu pada usia 2-7 tahun
3). Tingkat kongkrit biasanya pada usia 7 - 11 tahun
4). Tingkat operasi formal, yaitu usia 11 - 15 tahun dengan masing-masing
periode merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (Wadsworth, 1989:25).
Sama halnya dengan Piaget, Joyce dan Weil mengemukakan dengan tingkat yang lebih rinci lagi, yaitu:
1). Tingkat sensorimotor 0 - 2 tahun
2). Tingkat pra-operasional 2 - 7 tahun, yang terbagi dalam dua tingkat,
yaitu;
a). Berpikir pra-konseptual 2 - 4 tahun
b). Berpikir intuitif 4 - 7 tahun
3). Tingkat operasional 7 - 16 tahun, ini juga terbagi dalam dua tingkatan,
yaitu;
a). Tingkat operasi kongkrit 7 - 11 tahun
b). Ttingkat operasi formal 11 - 16
tahun (Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980:180).
Definisi yang lebih jelas lagi dikemukakan Ausebel dan Robinson (Ausebel.
& Robinson, 1973:180) dengan menyatakan bahwa tahap perkembangan
menunjukkan suatu urutan phase perkembangan yang makin meningkat yang secara
kualitatif dapat dibedakan dari tiap tahap berikutnya dan pada umumnya
berhubungan dengan kelompok umur. Ausebel membedakan tiga tahap yang berbeda
secara kualitatif, yaitu:
1). Tahap pre-operasional
2). Tahap operasi logika konkret
3). Tahap operasi logika abstrak.
Masing-masing tahap berlaku untuk subyek pra-sekolah, sekolah dasar dan
untuk remaja dan atau orang dewasa. Namun demikian tidaklah beralasan
menghadapkan tiap tahap harus dicapai pada umur yang sama dalam tiap kultur,
karena itu laju perkembangan paling sedikit bergantung pada rangsangan
lingkungan pada umumnya.
Jenis-Jenis
Berpikir
Dalam
berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya,
sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi
tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami. Dalam
hal ini orang dapat mendekati masalah ini dengan beberapa cara yaitu sebagai
berikut.
1) Berpikir Induktif
Berpikir
Induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju
kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari
berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri atau
sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena. Beberapa sebagai penjelasan
: Seorang ahli psikologi mengadakan penyelidikan dengan observasi bayi A
setelah melahirkan segera menangis, bayi B juga begitu, bayi C,D,E,F disebut
demikian pula.
Kesimpulan
: Semua bayi yang normal segera menangis pada waktu dilahirkan, seorang guru
melakukan eksperimen-esperimen menanam biji-bijian bersama murid-muridnya,
jagung ditanam tumbuh keatas, kacang tanah tumbuh keatas juga. Kesimpulan :
“Semua batang tanaman tumbuhnya keatas mencari sinar matahari”
Tepat
atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini
terutama tergantung pada representatif, dan makin besar pula taraf dapat
dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu ; dan sebaliknya. Taraf validitas
kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh objektivitas dari si
pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena diselidiki.
2) Berpikir Deduktif
Sebaliknya
dari berpikir induktif, maka berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang
umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari
suatu teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah
bersifat umum.
Dari
situ ia menerapkannya kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil
kesimpulan yang khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
Contoh
:
Manusia
semua akan mati (kesimpulan umum)
Jamilah
adalah manusia (kesimpulan khusus)
Jamilah
akan mati (kesimpulan deduksi)
3) Berpikir Analogis
Analogis
berarti perasaan atau perbandingan. Berpikir analogis adalah berpikir dengan
jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa atau pernah
dialami. Didalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa dari
fenomena-fenomena yang pernah dialami berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi
sekarang.
Kesimpulan
yang diambil dari berpikir analogis ini kebenarannya lebih kurang dapat
dipercaya. Kebenarannya ditentukan oleh Faktor “Kebetulan” dan bukan
berdasarkan perhitungan yang tepat, dengan kata lain : Validitas kebenarannya
sangat rendah.
Hasil-hasil
Penyelidikan Tentang Berpikir
Beberapa
pendapat dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh ahli-ahli Psikologi
terhadap proses berpikir manusia.
a) Oswald Kuipe dengan rekan-rekannya, setelah mengadakan
eksperimen-eksperimen terhadap mahasiswa yang menggunakan
instropeksi-eksperimental, mendapat kesimpulan :
1. Bahwa didalam diri manusia terdapat adanya gejala-gejala psikis
yang tidak dapat diragukan. Disamping kesan-kesan dan tanggapan-tanggapan yang
diperoleh dengan alat indra masih ada gejala-gejala yang lebih abstrak dan
tidak dapat diragukan.
2. Bahwa pada waktu berpikir, aku dan pribadi orang itu memegang
peranan yang penting. Si “Aku” bukanlah faktor yang fasip, melainkan faktor
yang mengemudikan semua pembuatan sadar.
3. Bahwa berpikir mempunyai arah tujuan (determine rende tendens).
Arah tujuan berpikir dipengaruhi oleh masalah yang harus dipecahkan.
b) Frohn dan kawan-kawan, setelah menyelidiki bagaimana proses dan
perkembangan berpikir pada anak-anak yang bisu, tuli dan membandingkan dengan
anak-anak yang normal, mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Berpikir
ialah bekerja dengan unsur-unsur abstrak dan bergerak kearah yang ditentnkan
oleh masalah yang dihadapi.
Pada
anak-anak kecil, berpikirnya dipengaruhi oleh tanggapan-tahapan yang konkret
yang pernah diamatinya. Sedangkan anak-anak bisu, tuli tidak dapat menyusun
pengertian karena perkembangan bahasanya terhambat.
c) Otto Selz dan Willwoll
Dalam
proses berpikir mereka mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Selz
mengatakan bahwa tanggapan-tanggapan konkret tidak mempunyai pengaruh sama
sekali / hanya sedikit sekali pengaruhnya dalam proses berpikir. Tanggapan
konkret tidak amat melancarkan dan tidak pula amat merintangi jalannya berpikir.
Willwoll
mengatakan bahwa tanggapan-tanggapan konkret dapat mengganggu dan menghambat
jalannya berpikir.
Berhubungan
kesimpulan Selz tersebut Prof. Kohnstam menyatakan bahwa belajar berpikir
adalah mempelajari (mengenal) cara menggolong-golongkan pengalaman-pengalaman
yang ada dalam jiwa.
d) Hasil penyelidikan berpikir berpengaruh besar terhadap perbaikan
cara-cara mendidik dan mengajar di sekolah. Dalam mendidik dan mengajar,
pendidik tidak cukup hanya mengisikan pengetahuan atau tangapan-tanggapan yang
banyak ke dalam otak anak-anak. Anak harus diajar berpikir dengan baik supaya
anak dapat berpikir dengan baik, kita perlu memberikan :
1. Pengetahuan siap yakni pengetahuan pasti yang sewaktu-waktu siap
untuk dapat dipergunakan seperti, hafal tentang abjad.
2. Pengertian yang berisi/yang mengandung arti dan benar-benar
dimengerti oleh anak.
3. Melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan berpikir
secara teratur.
4. Soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir.
Pendekatan
belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang
dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam
berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar.
Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah
positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang
harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri siswa sepanjang waktu mereka
menempuh pendidikan. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir s adalah interaksi antara
pengajar dan siswa. siswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan
dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir Merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Materi pelajaran
tidak disajikan begitu saja kepada siswa, tetapi siswa dibimbing untuk
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasi melalui proses dialogis yang
terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Dalam strategi
peningkatan kemampuan berfikir, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja
kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan
sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik. strategi
peningkatan kemampuan berfikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, dimana tujuan yang ingin dicapai dengan strategi
peningkatan kemampuan berfikir adalah peserta didik bukan sekedar menguasai
materi pelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan gagasan dan ide melalui bahasa
verbal. strategi peningkatan kemampuan berfikir bukan model pembelajaran yang
hanya menuntut peserta didik sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki
aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
Sebagai strategi
pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, strategi
peningkatan kemampuan berfikir memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:
1.
Proses pembelajaran strategi peningkatan kemampuan berfikir menekankan pada
prsoes mental peserta didik secara maksimal. strategi peningkatan kemampuan
berfikir bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar
mendengar dan mencatat tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
2. Strategi peningkatan
kemampuan berfikir dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus-menerus.
3. Strategi peningkatan
kemampuan berfikir adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan
untuk mengkontruksi pengetahuan.
BAB III
ANALISA
Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta atau pengalaman anak
sebagai bahan untuk memecahkan masalah.
Perbedaan pokok antara
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan pembelajaran yang
selama ini banyak dilakukan guru, antara lain:
1. Strategi peningkatan kemampuan berfikir
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam
proses belajar dengan cara menggali pengalaman sendiri; sedangkan dalam
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan
sebagai penerima informasi secara pasif.
2. Strategi peningkatan kemampuan berfikir mengaitkan
pembelajaran dalam kehidupan nyata melalui pengalaman siswa; dalam pembelajaran
konvensional bersifat teoritis dan abstrak.
3. Strategi
peningkatan kemampuan berfikir membangun perilaku atas kesadaran diri, dalam
pembelajaran konvensional perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
4. Dalam strategi
peningkatan kemampuan berfikir, kemampuaan didasarkan atas penggalian
pengalaman; dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5. Tujuan
akhir proses pembelajaran strategi peningkatan kemampuan berfikir adalah
kemampuan berpikir yang menghubungkan pengalaman dengan kenyatan; dalam proses
pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.
6. Strategi
peningkatan kemampuan berfikir membangun perilaku atas kesadaran diri sendiri,
misalnya siswa tidak melakukan suatu tindakan karena ia sadar bahwa perilaku
itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional
perilaku siswa didasarkan faktor dari luar dirinya, misalnya siswa tidak
melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman.
7. Dalam strategi
peningkatan kemampuan berfikir, pengetahuan yang dimiliki siswa selalu
berkembang sesuai pengalamannya, oleh sebab itu setiap siswa bisa berbeda dalam
memaknai pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini
tidak mungkin terjadi, kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh
karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8. Tujuan
yang ingin dicapai oleh strategi peningkatan kemampuan berfikir adalah
kemampuan berpikir siswa, maka kriteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan
hasil belajar; dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran hanya
diukur dari tes.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir Merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Materi pelajaran
tidak disajikan begitu saja kepada siswa, tetapi siswa dibimbing untuk
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasi melalui proses dialogis yang
terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
strategi
peningkatan kemampuan berfikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, dimana tujuan yang ingin dicapai dengan strategi
peningkatan kemampuan berfikir adalah peserta didik bukan sekedar menguasai
materi pelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan gagasan dan ide melalui bahasa
verbal. strategi peningkatan kemampuan berfikir bukan model pembelajaran yang
hanya menuntut peserta didik sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki
aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
SARAN
Banyak metode dari strategi pembelajaran yang dapat
digunakan unt meningkatkan kemampuan siswa salah satunya adalah dengan
menggunakan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir. Guru
diharapkan untuk lebih mengenal & memahami strategi yang paling bermamfaat
bagi dirinya yang disesuaikan dengan tempat dimana guru tersebut mengajar.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
____________ How
to Make Achievement Test and Assesment, Fith Edition, Boston: Allyn and Bacon, 1977
Gredler, Margareth E. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Seri
Pustaka Teknologi Pendidikan No 11, CV, Rajawali dan PAU Universitas Terbuka,
1991
Maksan, Marjusman, ” Pengetahuan Sintaksis dan Semantik, Kemampuan Berpikir Abstrak, dan
Penalaran Verbal Sebagai Determinan Kemampuan Membaca Pemahaman Sebuah Survey
Di Perguruan Tinggi Sumatra Barat” Disertasi. Jakarta, FPS IKIP
Jakarta, 1989
Palasek. K, Brain Issues in the Schools, http : // www. Carolinajournal.com / Exclusive/display_exluive.htm
Suparno, A. Suhaenah. Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Depdiknas, Jakarat, 2000.
Suryabrata, Sumadi. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta:
Andi, 2000.
________________, Psikologi
Pendidikan . Jakarta : PT RajaGrasindo, 1995
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, 2001.
Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit BP. Panca Usaha, 2003
[1]
Sanjaya, W (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada
Media Group
[2]
Proyek
Development for Undergraduate Education (DUE) -
Like Universitas Indonesia (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative
Learning & Problem Based Learning. Depok: Universitas Indonesia
KETERANGAN :
POKOK BAHASAN :
Ø MATERINYA USIA PRODUKTIF PENDUDUK
Ø MENEKANKAN KEMAMPUAN BERFIKIR SISWA
Ø JOYCE AND WEI (1990) COGNITIVE GROWTH : INCREASING THE CAPACITY TO
THINK
Ø FILOSOFIS : ALIRAN RASIONALIS & EMPIRIS
Ø LANDASAN PSIKOLOGIS KOGNITIF
Ø STUDENT CENTERED LEARNING
Ø PETER REASON (1981) THINKING ADALAH PROSES MENTAL SSO YANG LEBIH
DARI SEKEDAR REMEMBERING & COMPREHENDING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar