BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi pemandangan umum pendidikan di
Indonesia selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru
menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori
sementara para siswa mendengarkan dan mencatatnya pada buku catatan setelah itu
mengerjakan LKS yang tersedia. Dalam proses pembelajaran yang demikian, guru
dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga
siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru.
Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa sesuai dengan Silabus atau yang telah tertulis di dalam buku paket.
Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa sesuai dengan Silabus atau yang telah tertulis di dalam buku paket.
Menurut Zamroni (2003) praktik pendidikan yang
demikian mengisolir diri dari lingkungan sekitar dan dunia kerja, serta tidak
mampu menjadikan siswa sebagai manusia yang utuh dan berkepribadian.Perkembangan
dan pertumbuhan teknologi yang cepat di era globalisai saat ini sangat menutut
peranan guru dalam mengembangkan potensi anak didik agar memiliki ketrampilan,
kecakapan dan kesiapan mental saat bermasyarakat, menghadapi dunia yang nyata.
Pengembangan pendidikan tidak cukup hanya
dengan tambal sulam materi yang diberikan atau pergantian kurikulum tetapi perlu adanya suatu kesiapan diri para
guru untuk melakukan suatu perubahan dalam memandang arti dan proses
pendidikan. Sehingga jika para guru diberi pelatihan mengenai inovasi-inovasi
dalam mendidikan akan berusahan untuk menerapkannya.
Apakah yang dibutuhkan oleh para guru agar mau
melaksanakan inovasi-inovasi dalam pendidikan? Apakah dengan perubahan
paradigma dalam pendidikan dapat mengatasi masalah dalam proses belajar
mengajar? Untuk menjawab masalah tersebut maka penulis membuat makalah dengan
judul “ANALISIS SWOT PERLUNYA PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN”
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam
makalah ini adalah :
1.
Apakah
Analisis SWOT itu ?
2.
Apakah
Paradigma baru dalam pendidikan itu?
3.
Bagaimanakah
Analisis SWOT mengenai Paradigma baru dalam pendidikan ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.
Supaya
para guru mengetahui apa paradigma baru dalam pendidikan
2.
Untuk
melihat bagaimana analisis SWOT tentang paradigma baru dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis SWOT
Analisis SWOT
secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan
internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan
eksternalnya. Biasanya analisis SWOT digunakan sebagai perangkat umum
yang digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan
sebagai perencanaan strategis.
Analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah bagian penting dari
sebuah rencana strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman dalam sebuah kegiatan atau proyek. Teori ini telah
terbukti secara aksiomatrik dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal dalam merencanakan sesuatu usaha hingga dapat tepat sasaran. Meskipun
teknik analisis ini telah lama lahir dan diperkenalkan oleh Albert Humphrey
pada tahun 1970, tetapi teknik ini masih relevan digunakan dalam kajian bisnis
dan juga pada bidang lainnya seperti pendidikan.
Langkah pertama dalam analisis SWOT
adalah membuat sebuah lembaran kerja dengan jalan menarik sebuah garis
persilangan yang membentuk empat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan, dan ancaman.Secara garis besar
lembaran kerja tersebut diperlihatkan dalam lembar-1.Langkah berikutnya adalah
membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di
bawah topik masing.Dengan membatasi daftar sampai 10 poin atau lebih sedikit,
untuk menghindari generalisasi yang berlebihan (Johnson, et al., 1989).
B. Paradigma Baru dalam Pendidikan
Paradigma dalam disiplin intelektual
adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah
laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,
dan praktek yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas
yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual (Wikipedia)
Kata paradigma sendiri berasal dari
abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin
ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani
paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan",
"bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik)
Makna
paradigma kemudian berkembang dalam pemakaian sehari-hari.Perkembangan makna
itu menjadi pola pikir dan pola tindak.Dalam konteks ini, paradigma diartikan
secara operasional sebagai pola berpikir dan bertindak.Materi ini membicarakan
konsep paradigma yang dikaitkan dengan pendidikan.Dikaitkan dengan
pembaruan-pembaruan yang harus dan telah dilakukan di dalam dunia
pendidikan.Oleh karena itu, konsep yang dibahas adalah konsep paradigma baru
pendidikan.
Paradigma baru pendidikan, dengan demikian
adalah pola berpikir dan pola bertindak baru dalam pendidikan. Pola berpikir
dan pola bertindak itu menyangkut dengan sikap, prilaku, dan tindakan dalam
pelaksanaan pendidikan. Jadi, paradigma
baru pendidikan adalah “pola berpikir dan bertindak baru dalam memandang,
menyikapi, dan melaksnakan pendidikan”.
Pola
berpikir dan bertindak ini ditujukan
kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan khususnya adalah guru
yang merupakan salah satu unsur penting
yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Paradigma
baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Zamroni, 2003):
1) Pendidikan
lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) daripada mengajar
(teaching);
2) Pendidikan diorganisir dalam suatu
struktur yang fleksibel;
3)
Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri; dan
4) Pendidikan
merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan.
Berikut adalah paradigma baru dalam pendidikan adalah :
1.Lebih mengutamakan pengembangan
nilai nilai,
Tujuan
pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk
karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset.
Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to
learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Holistic child
development (pengembangan anak secara menyeluruh) menjadi dasar dalam
pengembangan pendidikan.
2.Multiple intelegensi
(kecerdasan ganda) harus menjadi dasar pengembangan kemampuan belajar untuk
hidup,
Pada hakekatnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
cerdas. Tidak ada manusia bodoh. Manusia lahir dengan kecerdasan ganda, dari
hasil penelitian telah ditemukan sedikitnya ada delapan jenis kecerdasan ganda
yaitu ;
·
Kecerdasan linguistik, adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara
efektik,antara lain dalam mengeja, memahami kosa kata, tata bahasa, ringkasnya
kemampuan berbahasa (berbicara)
·
Kecerdasan logis-matematis, adalah kemahiran menggunakan logika, akal
sehat, dan ketrampilan mengolah angka.
·
Kecerdasan visual, adalah kecerdasan gambar dan visualisasi misalnua
pelukis, pemahat, tata ruang, fotografi dan sebagainya.
·
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, adalah kecerdasan seluruh tubuh misalnya
olahragawan, penari, pantomim dan sebagainya
·
Kecerdasan musikal, adalah kecerdasan yang berkenaan dengan kemampuan
bernyanyi, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama.
·
Kecerdasan Antar-pribadi, adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama
dengan orang lain, atau kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
·
Kecerdasan Intra-pribadi, adalah kecerdasan memahami diri sendiri, disiplin
diri, pecaya diri dan sebagainya
·
Kecerdasan Naturalis, adalah kemampuan mengenali lingkungan geografis di
sekitar kita, misalnya gunung, hutan, flora dan fauna.
Selain itu ada
juga kecerdasan intuisi, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan masih
banyak temuan lain tentang kecerdasan manusia.
Kecerdasan ganda yang
dimiliki siswa akan muncul dengan jenis dan caranya masing-masing. Sehingga
perlu adanya pembelajaran yang dapat mengaktifkan kecerdasan ganda bagi siswa.
Guru juga harus mengenal perbedaan karakteristik individual siswa sehigga dapat
mengembangkan kemampuan dan potensi yang berbasis individual.
3.Human Development (Pengembangan
manusia) menjadi ukuran utama untuk mencapai peran budaya,
Pendekatan,
strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme
yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry &
discovery learning. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya
pembelajaran berbasis masalah.Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung
dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah
yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis
masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan
strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara
individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada
masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut
researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran
selalu menantang dan menyenangkan.
4.Sumber belajar tidak lagi
terpusat pada guru dan sekolah
Perkembangan yang pesat dari teknologi
informasi juga semakin memperkuat perlunya paradigma baru dalam pendidikan,
dimana guru sudah bukan lagi berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi
lebih berperan pada mediator dan fasilitator untuk akses pada ilmu pengetahuan.
5.Pendidikan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan
Interaksi dengan lingkungan meliputi hal manajemen
pedidikan dan manajemen lembaga pendidikan.Terdapat beberapa karakteristik
perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan seperti pembelajaran seumur
hidup, sekolah multiple mode, kooperatif, siap menghadapi pasar yang
kompetitif. Sedangkan pada manajemen lembaga pendidikan seperti yang kita alami selama ini dimana pada waktu
sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara
mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah
harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat
saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain
sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata
tetapi lebih sebagai mitra (counterpart).
C.
Analisis
SWOT perlunya paradigma baru dalam pendidikan
Dengan analisis SWOT penulis mencoba untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan educator khususnya guru dalam
menghadapi paradigma baru dalam pendidikan sehingga dapat lebih meningkatkan lagi potensi guru dalam
meningkatkan proses dan hasil belajar.
Pentingnya
analisis SWOT juga untuk mendeteksi kekuatan dan hambatan yang ada pada
lingkungan guru itu sendiri, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Analisis SWOT perlunya paradigma baru
dalam pendidikan adalah :
1. Strength (S), adalah situasi
atau kondisi yang merupakan kekuatan dari program pada saat ini.
·
Tenaga edukator / guru
yang berpendidikan Strata satu dan mulai banyak guru yang melanjutkan pendidikan
di S2
·
Lingkungan kerja yang
kondusif dan mendukung
·
Banyaknya pelatihan dan
penataran dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar
mengajar
·
Tersedianya ICT dalam
lingkungan sekolah sangat membantu pelaksanaan paradigma baru dalam pendidikan
·
Dari banyak penelitian tentang
paradigma baru dalam pendidikan dapat meningkatkan proses dan hasil dalam
belajar
·
Kurikulum yang baru KTSP
telah mengisyaratkan adanya perubahan baru dalam pendidikan
2. Weakness (W), adalah situasi
atau kondisi yang merupakan kelemahan dari program pada saat ini.
·
Masih ada tenaga
edukator/ guru yang belum memahami paradigma baru dalam pendidikan
·
Belum muncul keberanian
dan kemauan untuk mencoba melaksanakan paradigma baru dalam pendidikan,
utamanya dalam proses belajar mengajar
·
Paradigma lama dalam
pendidikan sudah begitu membudaya di kalangan pengajar dan siswa pada umumnya.
·
Masih banyak para guru
yang kurang bersemangat dalam belajar meningkatkan kemampuan guru dalam
meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
3. Opportunity (O), adalah situasi
atau kondisi yang merupakan peluang diluar program dan memberikan peluang
berkembang dimasa depan.
·
Tuntutan perkembangan
jaman, yang mengharapkan generasi yang mampu mengikuti perkembangan pengetahuan
di era globalisasi saat ini.
·
Persaingan di dunia kerja
dan dunia sekolah yang semakin ketat akan menyeleksi siswa yang unggul dan
kompeten.
·
Adanya kecerdasan ganda
yang dimiliki oleh siswa harus dikembangkan dan diperhatikan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan
ancaman bagi program yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam
eksistensi dimasa depan.
·
Pendidikan di luar negeri
yang kian berkembang dengan pesat,
·
Adanya ujian nasional
yang menentukan kelulusan siswa, membuat guru tidak berani berspekulasi dengan
teknologi dalam pengajaran.
·
Lemahnya kemampuan dalam
ICT dan bahasa Asing untuk guru dan juga siswa.
Hasil dari pemetaan analisis SWOT di atas,
kekuatan paradigma baru tampak terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lainnya, maka masuk akal apabila para guru mulai menggali potensi yang ada untuk menjadi guru yang profesional.
Segala kelemahan dan ancaman yang ada akan dapat diatasi dengan adanya kemauan
dan semangat melakukan pembaharuan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Terdapat beberapa kesimpulan
1.Paradigma baru dalam pendidikan merupakan suatupola berpikir dan
bertindak baru dalam memandang, menyikapi dan melaksanakan pendidikan.
2.Paradigma baru dalam pendidikan meliputi orientasi
tujuan pembelajaran, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran. Juga peran
guru yang bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, tapi lebih berperan pada
mediator dan fasilitator untuk akses pada ilmu pengetahuan.
3.Paradigma baru dalam pendidikan juga meliputi manajemen
dalam pedidikan dan juga manajemen dalam lembaga pendidikan
B. SARAN
Saran yang dapat
diberikan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh adalah
1.Paradigma baru dalam pendidikan bukan hanya sekedar teori dalam belajar
tetapi juga merubah pola pikir dan melaksanakannya.
2.Perubahan paradigma dalam pendidikan perlu didukung dengan peningkatan
kualitas dari guru.
3.Menciptakan lingkungan sekolah yang berbasis ICT sangat membantu
meningkatkankemampuan siswa.
4.Kecerdasan ganda yang dimiliki siswa supaya lebih diperhatikan dan
dimaksimalkan.
Muh.Qudrat
Nugraha,Ph.D,”Makalah SWOT analisis dan tantangan pendidikan dengan sumber daya
manusia (SDM) yang harus semakin berkualitas dan kompetitif.” 7 Oktober 2010
Sutomo
Djokosujosa, Prof. Drs, makalah “Bagaimana Pembelajaran Kecerdasan Ganda
(Multiple Intelegence), Surabaya, Pebruari 2008
Sutomo
Djokosujosa, Prof. Drs, “Kapita selekta TEP dan problematika pendidikan”,
program pasca sarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. 2009
Yusuf
YudiPrayudi, http://prayudi.wordpress.com/2007/05/16/paradigma-baru-pendidikan/ , accesed on Januari 2011
Zulkarnaini, Tugas Guru Dalam
Paradigma Baru Pendidikan, http://zulkarnaini.net/2008/11/tugas-guru-dalam-paradigma-baru-pendidikan.htm, accesed on Januari 2011
Zamroni,DR, Paradigma Pendidikan Masa Depan,http://pakguruonline.pendidikan.net/wacana_pdd_left.html, accesed on Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar